Senin, 29 April 2013

Rumah Buku 'Di Balik Frekuensi' [Sesi I]


Minggu, 28 april 2013. Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang. Sekitar 50 orang buruh sedang berkumpul membahas persiapan aksi Mayday ketika Aku dan Afidah tiba di Kantor Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Aneka Industri Serikat Pekerja Metal Indonesia (PC SPAI SPMI) Kota Semarang di Jalan Sidomulyo Raya No.19 Tlogosari Semarang. Sebagian besar orang berada di dalam, namun nampak juga yang mendengarkan pembahasan rapat dari luar. Di Kantor Serikat Pekerja inilah film ‘Di Balik Frekuensi’ karya Ucu Agustin akan kami putar.

‘Di Balik Frekuensi’ merupakan sebuah film dokumenter yang menggambarkan bagaimana media massa -khususnya televisi- befungsi sebagai alat atau corong bagi kepentingan pemiliknya. Itu digambarkan melalui 2 cerita : Pertama, tentang Luviana seorang wartawan Metro TV yang di PHK oleh perusahaan (Media Group) lantaran hendak memperjuangkan hak-haknya sebagai buruh. Kedua, tentang Hari Suwandi dan Harto, dua warga korban lumpur lapindo yang melakukan aksi protes dengan berjalan kaki dari Sidoarjo ke Jakarta.

Kamis, 25 April 2013

Hari Kartini di Rumah Buku

Di bulan Oktober
Daun-daun tembakau dipanen
Dipilah diiris
Ditata diharap
Sambil mengenang kepergian para isteri
dan anak perempuan yang belum pulang

Ini Oktoberke-2
Ini Oktober ke-5
Ini Oktober ke-10
Para perempuan bermigrasi
ke Jepang
ke Arab
ke Taiwan
ke Korea
ke Singapur
ke Malaysia

Berharap dapat uang
untuk sepetak tanah
tanam tembakau

Itu pun jika harga pupuk tak terus memuncak
Kalau keuntungan tak terus mengucur ke gudang-gudang pabrik rokok
dan saku-saku para tengkulak

Kamis, 18 April 2013

Dua tahun yang lalu..*

2 Tahun yang lalu..
Kita memulainya dengan penolakan sebuah tradisi menginjak sebutir telur tanpa alas kaki oleh lelaki, yang jika dilakukan, si perempuan diharuskan membasuh kaki si lelaki dari bercak pecahan telur.

2 Tahun yang lalu..
Kita memulainya dengan penolakan tradisi mencium tangan lelaki oleh perempuan.

2 Tahun yang lalu..
Upacara yang disakralkan Kita jalani dengan canda yang seakan  menjadi sebuah sindiran dan itu begitu menyenangkan.

Malam ini, untuk mengenang peristiwa 2 tahun yang lalu itu,
Kukirim pelukan hangat untukmu dari Kota Hujan.

-- Bogor, 16 April 2013 --

* Tulisan untuk Isteriku dalam rangka mengenang hari pernikahan Kami pada 17 April 2011

Jumat, 05 April 2013

Kumpulan Sajak Wiji II

SEORANG BURUH MASUK TOKO

Masuk toko
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelap

sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku

aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalase
aku melihat bayanganku
makin letih
dan terus diisap

10 september 1991
----------------------

Kumpulan Sajak Wiji I

SAJAK SUARA

Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
Mulut bisa dibungkam
Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
Dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku?!

Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
Di sana bersemayam kemerdekaan
Apabila engkau memaksa diam
Aku siapkan untukmu: pemberontakan!

Sesungguhnya suara itu bukan perampok
Yang ingin merayah hartamu
Ia ingin bicara
Mengapa kau kokang senjata
Dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?!

Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
Ialah yang mengajari aku bertanya
Dan pada akhirnya tidak bisa tidak
Engkau harus menjawabnya
Apabila engkau tetap bertahan
Aku akan memburumu seperti kutukan!
---------------------------------------