Selasa, 27 September 2016

Kayo, Menjadi Penduduk Indonesia


Setelah mendapatkan surat pengantar dari Ketua RT.06 yang diketahui Ketua RW.03 di tempat tinggalku, Perumahan Pandana Merdeka, keesokannya aku mendatangi Kantor Kelurahan Bringin, di Jalan Bringin Raya.

Berdasarkan UU Administrasi Kependudukan, aku harus memberitahukan kelahiran anakku paling lama 60 hari atau 2 bulan sejak kelahiran. Anakku yang kedua, Kayana Ontosoroh Afias (Kayo), lahir tanggal 27 Juli 2016, artinya masih dalam tenggat waktu pemberitahuan.

Setibanya di Kantor Kelurahan (Jumat, 9 September 2016)

"bapaknya mau ngurus apa?" tanya ibu petugas di Kelurahan yang usianya kutaksir sekitar 35-36 tahun.

"buat akta kelahiran anak saya, bu"

"anak keberapa, pak?"

"kedua"

"syarat-syaratnya sudah dibawa?"

"sudah saya siapkan. cuma apa aja yang diperlukan ya, bu?"

Selasa, 20 September 2016

Munir Dibunuh, Merawat Ingatan


Tempohari aku tidak bisa ikut dalam pemutaran film dan diskusi seputar Munir (yang pada bulan ini diselenggarakan di beberapa tempat), lantaran waktu kerja di siang hari dan mengasuh anak di malam hari. Meskipun sebenarnya aku pernah menonton salah satu film berjudul 'Kiri Hijau Kanan Merah' di sekitar tahun 2009/2010 di FIB Undip. Film yang bercerita tentang kehidupan Munir.

Nah, untuk tetap merawat ingatan, bahwa Munir telah dibunuh dan belum semua pelakunya diganjar hukuman, aku baca buku karya Wendratama ini. Buku berjudul "Kasus Pembunuhan Munir, Kejahatan Yang Sempurna?" yang diterbitkan Tahun 2009 oleh PT.Gramedia Pustaka Utama.

Wendra menulis buku ini berdasarkan dokumen dan pengamatan atas proses persidangan, juga melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak terkait. Semua itu ia tuangkan dalam sebuah tulisan bergaya novel yang mengalir. 

Jika dalam film aku bisa tahu riwayat kehidupan Munir, dari buku ini aku bisa tahu proses persidangan dan bagaimana konstruksi kasus yang dibangun oleh penuntut umum untuk menuntut Pollycarpus, Muchdi PR dan lainnya.

Mengetahui detik-detik kematian Munir di udara, yang penderitaannya berakhir di dalam pesawat saat berada di atas tanah Rumania, atau sekitar 2 jam sebelum sampai ke tempat tujuannya, Belanda, sungguh amat memilukan. 

Penuntasan kasus pembunuhan Munir adalah ujian sejarah bagi bangsa ini atas penghormatan dan penegakan hak asasi manusia.


-September 2016-

Selasa, 13 September 2016

Kayo, Imunisasi Polio dan BCG


Di harinya yang ke empat puluh, Kayo kami bawa ke Puskesmas Ngaliyan untuk diimunisasi. Kayo diberi imunisasi Polio kedua dan BCG (Bacille Calmette Guerin). Beratnya kini 4 kilo dengan panjang 54 cm. Kayo sudah mulai bisa mengikuti obyek yang dia lihat dengan matanya. 

***
Ayah, 5 September 2016

Madiba, Jatuh Dari Tangga



Dua hari setelah ia ulang tahun, ia jatuh dari tangga belakang rumah. Tak ada yang tahu persis kejadiannya seperti apa, karena mamanya, Afidah, sedang berbicara kepada seseorang di ruang tamu. Yang jelas, akibat jatuh itu kepalanya robek dan mendapat 4 jahitan di RS Permata Medika. Beruntung karena sampai dengan seminggu setelahnya tidak ada tanda-tanda ia terluka di bagian dalam akibat jatuhnya. 

Ia kini sudah banyak mengenal barang atau sesuatu dan bisa diucapkan meski pengucapannya belum sempurna. Dengan permintaan, ia sudah bisa membuang sampah pada tempat seharusnya, meskipun untuk pipis dan BAB belum bisa ke toilet.

Pada malam hari menjelang tidur, ia tak mau berada di kamar tidur, ia selalu mengajakku berada di ruang tengah di depan TV (ia sedang di tempat yang sama ketika aku menulis catatan ini). Lalu ia tertidur di ruang tengah, kemudian aku memindahkannya ke kamar tidur menyusul mama-nya yang biasanya sudah terlebih dulu tidur.

***

Ayah
Rumah, 22 Januari 2016