Senin, 20 Februari 2017

Madiba Pergi Ke Sekolah


Tanggal 14 Februari 2017 diingat sebagai valentine's day atau hari kasih sayang, hari dimana dahulu banyak sepasang kekasih bertukar kartu ucapan, tapi di indonesia lebih banyak menggunakan simbol coklat atau bunga sebagai ungkapan kasih.

Hari itu menjadi penting bukan karena ingatan itu, tapi lantaran hari itu adalah hari pertama bagi anak sulungku, Madiba Vandana Afias, bermain dan belajar melalui lembaga pendidikan. Aku dan istriku, Afidah, mengikutsertakannya di lembaga pendidikan untuk anak usia dini yang letaknya tidak jauh dari rumah.

Tahun pelajaran sekolah sebenarnya sudah berlangsung selama setengah tahun lebih, tapi sekolah membolehkan Diba untuk bergabung di masa pertengahan itu. 

Apakah Dia akan nyaman di lingkungan bermainnya yang baru? Akankah Dia mudah bergaul dengan anak lain dan guru pendamping yang baru Dia kenal? Dua pertanyaan selalu muncul sampai Aku dan Afidah mengantarnya ke sekolah pada hari pertama itu.

Sekolah berlangsung dari hari Senin sampai dengan Jumat dengan jam sekolah mulai pukul setengah delapan pagi dan berakhir pukul sepuluh atau berlangsung sekitar dua setengah jam. Diba masuk pada hari Selasa.

Dari keterangan Ibu Tutik, guru pendamping Madiba di sekolah, kepada Afidah, Madiba hanya menangis sebentar ketika kami tinggalkan dia di sekolah, seterusnya dia asik bermain. Bahkan saat dijemput oleh Afidah, dia tak mau langsung pulang dan masih ingin terus bermain. 

“Diba main apa tadi di sekolah?” tanyaku saat di rumah pada malam harinya

“main ayunan sama plosotan” jawabnya setelah berkali-kali ditanya

“Diba suka sekolah?”

“suka”

Dua hari berikutnya Madiba hanya diantar oleh Ibunya. Sampai dengan hari ketiga Diba sekolah, menurut Bu Tutik, Diba termasuk anak yang tidak betah di kelas, dia lebih asik berkeliling dari kelas satu dan kelas lainnya untuk mengambil ragam mainan yang ada. Jilbab yang menjadi bagian seragam sekolahnya, selalu ia tanggalkan. Dia banyak diperhatikan oleh anak-anak lain di kelasnya, tapi dia sendiri tidak begitu peduli.

“tapi gak apa-apa Bu, biarin aja. Anaknya lucu” ujar Bu Tutik seperti diceritakan Afidah kepadaku.

Hari keempat Diba pergi ke sekolah, Aku yang mengantarnya sambil pergi ke kantor. Di hari-hari sebelumnya, dia selalu meminta jajan terlebih dahulu sebelum sampai ke sekolah. Ada warung klontong di dekat sekolahnya, di situlah dia melampiaskan keiinginannya.Dia menangis saat kutinggalkan di sekolah.

"udah gak apa-apa, ditinggal aja, Pak, yang penting udah tahu kalau mau ditinggal" pinta Bu Tutik kepadaku sambil memeluk Diba. Di hari pertama sekolah Bu Tutik memang berpesan, jangan sembunyi-sembunyi ketika meninggalkan anak di sekolah.

Nikmatilah hari-hari dengan banyak bermain, Nak. Hadapi dengan keberanian.


-Ayah, 20 Februari 2017-