Senin
13 Januari 2014, di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, dalam suasana duka, anakku
dan Afidah hadir di dunia, 15 jam setelah kakeknya, ayah kandung Afidah, bapak
mertuaku, Jami’an, meninggalkan dunia.
“Suami dari Nyonya Afidah?” suara panggilan
seorang perawat menyembuhkanku dari kantuk.
Aku
tergopoh-gopoh masuk ke arah ruangan di mana perawat tadi memanggil. Aku
dimintanya menunggu, sementara perawat tadi masuk ke dalam ruangan dan hanya
sebentar kemudian keluar menggendong bayi.
“bapak, ini bayinya, perempuan,
lahir pukul 4.10, beratnya 3 kilogram, panjang 48 centimeter, ini jari tangannya
lengkap, terus ini jari kakinya juga lengkap ya pak” si perawat
dengan tangkas mencoba memberi keterangan di hadapan orang yang masih terkejut
dengan kehadiran bayi itu.
“ya..ya..ya..”
tanggapanku mengamini si perawat.
“Ini normal atau operasi bu?” kutanyakan
itu karena sebelumnya pihak rumah sakit telah meminta persetujuanku untuk
dilakukan persalinan dengan mengunakan vacum
atau operasi, dan aku telah menyutujuinya.
“normal pak” jawab
si perawat.
“kondisi ibunya gimana bu?”
“baik, sedang dalam perawatan
pasca persalinan. Ini bayi-nya pak” Si perawat menyodorkan bayi itu
kepadaku.
Sambil
kugendong, kusapa bayi itu. “Madiba, ini
ayah”
Sekilas
kulihat senyum dari bayi berwajah bulat yang mirip ibunya itu.