Pertama kali dalam hidup, aku menyaksikan lahirnya anak
manusia.
Rabu, 27 Juli 2016, di ruang persalinan RSUD Tugurejo,
istriku Afidah menahan sakit dan mengejan dengan kekuatan yang ia punya, hingga
tepat pada pukul 16.50 WIB lahirlah anak kedua kami, berkelamin perempuan,
dengan berat badan 3120 gram dan panjang badan 49 cm.
Aku menahan tangis karena terharu saat mendengar tangis bayi
itu tak lama setelah dikeluarkan dari rahim ibunya. Tubuhnya masih biru dan
banyak dilekati cairan putih saat ditengkurepkan oleh bidan di atas dada ibunya
yang masih dalam posisi tertidur.
"Halo, Kayo" sapaku dan Afidah kepada bayi itu.
Sejak dalam kandungan, kami sudah memberinya nama Kayana
Ontosoroh Afias.
Kayana merupakan nama pilihan Afidah, berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti dermawan. Sementara nama Ontosoroh adalah nama
pilihanku. Kuambil dari salah satu tokoh dalam novel tetralogi buru karya
Pramoedya Ananta Toer, buku yang sangat kusukai. Dan Afias adalah singkatan
dari nama Afidah dan namaku, Asep.
Kayo di hari keduanya |
Kami memanggilnya Kayo. Sebenarnya Kayo singkatan dari
Kayana Ontosoroh, tapi Kayo juga merupakan nama Jepang yang berarti cantik.
***
Madiba Vandana Afias, anak pertama kami yang juga perempuan,
baru berusia 2,5 tahun, berada di rumah bersama Mbah Putri (nenek) nya saat adiknya
lahir. Ia kujemput saat Kayo dan Afidah sudah berada di ruang rawat inap.
"Tengok, Ma, tengok!" pinta Madiba kepada Afidah
saat pertama kali melihat Kayo berada di kotak bayi yang terpisah dari ranjang ibunya.
"Ciluuuk, baaa" canda Madiba kepada adiknya.
Aku bahagia menyaksikan itu. Terima kasih, Semesta.
-Rumah, 28 Juli 2016-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar