Ini pengalaman pertamaku dan Istriku, Afidah, mengikutsertakan anak
sulung kami, Madiba Vandana Afias (Diba), yang saat ini usianya menginjak 4
tahun 3 bulan, dalam sebuah perlombaan. Minggu, 14 April 2018, Diba ikut
perlombaan mewarnai yang diselenggarakan oleh Toko Buku Gramedia Mall
Metropolitan Bekasi.
Info yang Afidah terima sehari
sebelumnya, lomba akan dilaksanakan hari Minggu jam 8 pagi. Aku dan Afidah lalu merencanakan
untuk berangkat lebih pagi. Waktu tempuh dari rumah kontrakan kami di Tambun
Utara menuju Mall Metropolitan kuperkirakan sekitar satu jam menggunakan mobil. Afidah lalu mencari tahu area permainan
di Mall Metropolitan yang bisa dinikmati anak-anak setelah ikut lomba.
Tantangan pertama adalah
membangunkan Diba dan adiknya, Kayo (21
bulan), lebih pagi. Aku bangun lebih dulu jam setengah
6, disusul Afidah. Eh, ternyata anak-anak yang biasanya sulit dibangunkan (maksudnya
berusaha membuat mereka tersenyum saat
bangun. Kalau asal bangun sih mudah sekali), pagi itu bisa dengan mudah. Afidah
menyiapkan perlengkapan anak-anak dan aku menyiapkan kendaraan. Setelah semua
siap, kami berempat yang hanya cuci muka dan berganti pakaian, segera berangkat.
Pemandu mengajak anak-anak bernyanyi |
Kami tiba di Mall Metropolitan
jam 7 lebih beberapa menit. Di lokasi perlombaan, yang berada di lantai 3 Mall, sudah
terdapat panitia yang sedang bersiap dan menanti peserta. Diba merupakan
peserta kedua yang datang dan mendapat nomor
C-002. Ada 2 kategori dalam perlombaan ini, kategori A untuk anak usia 4-6
Tahun dan kategori B untuk anak usia 7-9 Tahun. Diba ikut dalam kategori A. Dengan
biaya pendaftaran sebesar 35 ribu, tiap peserta mendapat 1 buku mewarnai dan 1
set pewarna merek Pascola.
Ternyata Panitia tidak
menyediakan meja untuk para peserta. Terpaksa Kami membeli meja berbahan kayu
seharga 65 ribu yang dijual di situ. Diba memilih meja bergambar karakter Tayo,
Bus Kecil.
Sementara Diba menyiapkan diri
sambil berlatih mewarnai di mejanya, Kayo sibuk berlarian dan mencoba arena
permainan yang ada di sekitar situ. Kebetulan lantai 3 yang jadi lokasi lomba
adalah arena Fun World, area
permainan anak-anak, hanya di pagi itu
permainan belum diaktifkan. Aku dan Afidah bergantian menemani Diba dan Kayo.
Sekitar jam 8 lebih, bapak panitia pemandu dari atas panggung mengajak
anak-anak bernyanyi dan bertepuk tangan. Lalu menjelaskan aturan-aturan lomba. Aku
lihat anak-anak, termasuk Diba, memperhatikan pemandu itu. "ini anak-anak apa
ngerti aturan-aturan yang dibilang pemandu, atau jangan-jangan bingung lihat
bapaknya ngomel sendiri di atas panggung" batinku.
Lalu lomba dimulai. Panitia
membagikan kertas karton bergambar karakter Poli (animasi mobil robot
penyelamat) yang akan diwarnai oleh peserta. Saat lomba dimulai, Aku sedang fokus
menemani Kayo yang kuberi minum susu agar mau
diam sejenak. Kudengar panitia meminta panitia lainnya membantu anak-anak (yang
belum bisa menulis) menuliskan namanya dalam kertas. Saat itulah kulihat Diba
menangis.
"Kenapa Diba tadi
menangis?" tanyaku kepada Diba setelah berada di rumah.
"Diba mau tulis sendiri
namanya" jawabnya
Ternyata saat itu, Afidah
mencoba untuk menuliskan namanya dalam kertas gambar, karena memang Diba belum
bisa menulis. Tapi Diba tidak mau, lantas menangis. Kami khawatir Diba tidak
mau melanjutkan lombanya. Lalu kubujuk, dan dia mau meneruskan lombanya.
Syukurlah.
Diba sedang memberi warna |
Para orang tua berdiri di luar
tali plastik sebagai pembatas. Dari balik pembatas itu kuperhatikan Diba begitu
percaya diri mewarnai. Sementara beberapa anak
lain memerlukan melihat buku untuk memberikan warna yang tepat pada karakter
Poli, Diba tidak sekalipun melihat buku. Dia nampak yakin memberi warna berdasarkan ingatannya.
Sekitar jam 9, Diba nampak
selesai mewarnai, sementara anak lainnya masih sibuk memberi warna. Dia seperti
ingin mengatakan kepada panitia yang berkeliling
di sekitarnya bahwa dirinya sudah selesai, namun karena panitia tidak melihat
langsung ke arahnya, Diba nampak malu untuk memanggil panitia. Lalu dia celingak-celinguk
sampai akhirnya melihatku
yang ada di sisi kirinya. Diba senyum, lalu menunjukkan hasil kerjanya. Aku
acungkan jempol kepadanya. "Sudah selesai?" tanyaku dari jauh. Lalu
dia berdiri, berjalan mendekatiku dan
menyerahkan hasil kerjanya padaku. "Wah bagusnya" ucapku.
Diba menunjukkan hasil karya |
Memang, kelebihan Diba dalam mewarnai
adalah dia tahu dan bisa menyebutkan semua jenis warna, bahkan dalam bahasa inggris.
Lalu dia juga punya daya ingat yang tinggi. Tapi dalam menorehkan warna pada gambar
masih belum nampak rapi dan belum memenuhi seluruh ruang. Semisal ruang kotak, dia
hanya mewarnai ruang tengahnya saja, sementara sisi dekat garis tidak diwarnai.
Aku dan Afidah mengikutsertakan
Diba dalam lomba bukan untuk menjadi juara atau
pemenang, tapi melatih kepercayaan dirinya dan mendorong
semangat bersaingnya.
"Aku sudah selesai, Yah.
Aku menang, Yey"
ujar Diba dengan semangat. Dalam pandangan Diba, karena dia lebih dulu selesai
dari yang lain, maka dialah pemenangnya, haha. Aku tersenyum. "Diba, hebat!"
kataku.
Pengumuman pemenang akan
dilakukan jam 12 siang, tapi kami tidak peduli dengan itu. Karena bagi kami, setidaknya
bagiku, saat melihat Diba mengakhiri lombanya dengan senang dan tersenyum saja
itu sudah cukup. Karena ini pengalaman pertama
baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar