Hari itu, di
sekitar bulan Oktober 2017, Ibu meneleponku.
"Mau gak
umroh berempat, sama Teh Wati dan Arif?" tanya Ibu kepadaku. Aku terkejut,
lantaran ajakan Ibu tak pernah kuduga sebelumnya dan aku sendiri belum memiliki
mimpi melakukan napak tilas sejarah Islam itu.
"Mau,
Bu" ajakan Ibu kuiyakan, karena tak mampu menolak keinginannya.
"Kapan?" Aku balik tanya
Ibu memilki 2
tawaran, di bulan November 2017 atau Januari 2018. Aku memilih bulan Januari
2018, mengingat jadwal di tempatku bekerja, Bawaslu, sangat padat. Ternyata
pilihan Kakakku, Asmawati, juga sama, sebagai PNS di Pemerintah Provinsi
Banten, tentu akhir tahun merupakan waktu yang sangat padat dengan agenda
kerja. Adikku, Arif, yang seorang Polisi di lingkungan Polda Banten, sepertinya
mengikuti saja pilihan Kami, meskipun sebenarnya, jadwalnya sebagai Ajudan
Wakapolres Cilegon, yang paling sulit
ditentukan.
Di akhir
November 2017, Teh Wati (panggilanku kepada Kakakku), mengingatkan Aku dan Arif
untuk segera membuat dokumen paspor. Mulailah Aku berburu informasi pembuatan
paspor. Mesin pencarian google menjadi andalan. Aku juga mengunjungi langsung
Kantor Imigrasi Bekasi dan Jakarta Barat untuk mendapatkan banyak informasi.
Hasil perburuan
informasi menyimpulkan, permohonan pembuatan paspor harus dilakukan dengan
mengambil antrean terlebih dulu dengan cara daring, dengan membuka laman
antrian.imigrasi.go.id. Di laman itu, Aku mesti membuat dulu akun agar bisa
mengaksesnya. Setelah membuat akun, lalu Aku memilih Kantor Imigrasi (Kanim)
yang kuinginkan dan memilih waktu kapan Aku akan datang untuk menyerahkan
berkas persyaratan, wawancara dan foto.
Kanim di
sekitar Jabodetabek semuanya kucek, tak ada jadwal di bulan November dan
Desember 2017. Di bulan Januari 2018 pun hanya tersedia di Kanim Jakarta Utara,
yaitu tanggal 22 Januari. Dengan rencana umroh di bulan Januari, tentu jadwal
yang tersedia di Kanim Jakarta Utara tidak sesuai kebutuhan. Kucek di Kanim
Serang, muncul keterangan penuh atau tidak ada jadwal. Lalu kucek Kanim
Semarang, tersedia tanggal 7-9 Desember 2017. Kanim Semarang akhirnya menjadi
pilihanku, aku memilih tanggal 7 Desember 2017 untuk menyerahkan berkas,
wawancara dan foto.
Rabu, 6
Desember 2017, Jam 11 malam, berangkatlah Aku menuju Semarang dengan Kereta Api
Ekonomi Tawang Jaya.
Kamis pagi,
sekitar jam 9, Aku datang ke Kanim Semarang sesuai jadwal yang kupilih. Kepada
petugas keamanan yang memegang nomor antrean, Aku menunjukkan bukti sudah
memilih jadwal antrean lewat daring. Lalu diberinya aku nomor antrean untuk
mengambil formulir permohonan pembuatan paspor. Karena lapar dan nomor antrean
masih banyak, Aku pergi makan soto di sebelah gedung Kanim Semarang. Usai makan
dan kembali ke ruang antrean, belum juga nomorku dipanggil.
Setelah
menunggu sekian lama, akhirnya nomor antreanku muncul dalam layar. Aku langsung
menuju ke loket yang terdapat 2 orang petugas.
"Bisa
lihat kode barkotnya, Pak?" tanya petugas perempuan. Lalu aku tunjukkan
yang dimintanya. Kode barkot Aku peroleh dari pengambilan jadwal lewat daring.
"Siapkan
berkas-berkasnya ya, Pak! Fotocopi dan aslinya ya" pintanya. Aku siapkan
dan serahkan berkas yang diminta berupa salinan dan dokumen asli KTP, KK dan
Ijazah.
Petugas
kemudian mengecek dokumen-dokumen itu. "Mau pergi ke mana, Pak?"
tanyanya lagi. "Belum ada rencana ke mana-mana, Bu, cuma persiapan
aja" jawabku. Petugas akan meminta surat keterangan dari agen perjalanan,
jika Aku jawab ingin pergi umroh, padahal Aku dan keluarga belum mendaftarkan
diri untuk umroh ke agen perjalanan manapun.
Petugas
perempuan itu kemudian mengembalikan dokumen-dokumen asli dan memberikan
formulir permohonan dalam map berwarna biru. "Ini diisi ya, Pak! Nanti tunggu
antrean ya (menuju ruang foto)" petugas tadi mengarahkan. Formulir kuisi
dan kembali mengantre.
Setelah
menunggu berjam-jam, sekitar jam 2 siang, Aku masuk ke ruang foto yang di
dalamnya terdapat 6 loket dengan 6 petugas. Aku menuju loket 4 dan menyerahkan
formulir permohonan yang sudah kuisi.
Di loket
pengambilan foto ini, Aku menemui petugas laki-laki muda yang sangat ramah.
"Pak, ini bayarnya kapan ya?" tanyaku, karena sampai dengan proses
itu Aku belum diminta untuk melakukan pembayaran. "Nanti Pak, setelah
foto, Saya beri blangko pembayaran" jawabnya.
Saat mengecek
formulir permohonan yang telah kuisi, si Petugas bertanya "Bapak
mengajukan permohonan paspor 48 halaman atau 24 halaman" tanyanya.
"Enggak tahu saya, Pak" jawabku sedikit bingung. "Yang 48 halaman aja ya,
Pak" pilih si Petugas. "Emang apa bedanya paspor 48 halaman dengan 24 halaman?" tanyaku.
"Terdapat perlakuan di beberapa negara sih, Pak. Misalnya di Arab Saudi,
mereka hanya mau menerima paspor 48 halaman. Klo yang 24 halaman biasanya hanya
berlaku di Asia Tenggara aja" jelasnya. "Klo paspor 48 halaman, bisa
dipakai di banyak negara" tambah Si Petugas. "Oh ya sudah, klo gitu
yang 48 halaman aja" kataku.
Saat Si Petugas
menyiapkan segala keperluan, Aku bertanya lagi.
"Paspor
lama yang sudah lewat masa berlakunya, kalo mau diperpanjang ada dendanya gak,
Pak?" tanyaku, mengingat Istriku, Afidah, memiliki Paspor yang sudah habis
masa berlakunya. "Oh, gak ada denda, Pak" jawabnya, "tetep bisa
diperpanjang kok, tapi nanti paspor lamanya dilampirkan"
Lalu aku
dimintanya duduk di kursi tempat pengambilan foto yang ada di sebelahku.
"Tegak dikit ya, Pak. Kepalanya nunduk sedikit, geser ke kanan dikit,
Ok". Cekrek!
"Ini
blangko pembayarannya ya, Pak. Yang harus dibayarkan 355 ribu, bisa dibayar
lewat Bank mana aja. Di depan dekat pos satpam juga ada loket pembayaran"
kata Si Petugas. "Nanti Paspor sudah bisa diambil 3 hari setelah
pembayaran"
"Pengambilan
paspor bisa dikuasakan gak, Pak?" tanyaku. "Bisa, pakai materai 6
ribu ya, Pak" jawabnya
"Baik,
Terima kasih ya, Pak"
Aku menuju
loket pembayaran di depan halaman Kanim, seperti diberitahukan petugas tadi.
Tapi ternyata jaringan loket pembayaran sedang bermasalah, sehingga Aku mesti
menunggu sekitar sejam kemudian. Karena tak mau menunggu, Aku memilih mencari
bank untuk melakukan pembayaran.
Setelah
pembayaran selesai, Aku membuat surat kuasa ke saudaraku, Yayan, untuk
mengambilkan Paspor. Karena keesokan harinya, Aku mesti balik lagi ke Bekasi.
Rabu, 13
Desember 2017, sekitar jam 12 siang, Yayan memberi kabar, Pasporku sudah jadi
dan diambilkan. Akhirnya Aku punya paspor, hehe. Ke negara mana kita? Haha.
-Jakarta,
Desember 2017-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar