Sabtu, 01 Desember 2012

Sekilas Tentang Buku “Semua Manusia Bersaudara” (Timbangan buku yang belum sempurna- Bag. I)

Oleh : Afidah

Membaca tulisan-tulisan Mahatma Gandhi yang dihimpun dalam buku berjudul All Men Are Brother atau Semua Manusia Bersaudara memberi kesan tersendiri bagi saya, salah satu kesan saya adalah pernyataan Gandhi bahwa dia merasa begitu sedih karna mendapat gelar “Mahatma” yang artinya manusia suci, gelar ini memberi beban yang dirasa berat olehnya dan dia tidak terlalu suka dipuja-puja seperti Dewa. Setelah sekian lama mendengar nama besarnya dan ajaran anti kekerasan atau yang dikenal dengan ahimsa yang terus dipegang dalam perjuangan Gandhi baru sekarang saya berkesempatan mempelajari pikiran-pikirannya, dalam kalimat-kalimat selanjutnya kupanggil saja dia Gandhi agar dia tidak merasa keberatan.


Buku ini terdiri 12 Bab dengan beragam tema dan persoalan, diantaranya : (I) Otobiografi (yakni biografi yang ditulisnya sendiri),(II) Agama dan Kebenaran, (III) Cara dan Tujuan (IV) Ahimsa atau paham pantang kekerasan (V) Pengendalian diri (VI) Perdamaian Dunia (VII) Manusia dan Mesin (VIII) Kemiskinan di tengah-tengah kelimpahan (IX) Demokrasi dan Rakyat (X) Pendidikan (XII) Kaum Wanita (XII) Serba-serbi –----berisi beragam pikiran yang tidak focus pada satu tema.

Sekilas ketika membaca buku ini Gandhi terkesan bukan sebagai sosok Intelektual yang tulisannya dipenuhi data-data (misalnya tahun dan tanggal sebuah peristiwa), analisis dan rujukan-rujukan para tokoh pemikir sebelumnya. Di dalam buku ini ada dua tokoh yang sering disebut Gandhi dan menjadi inspirasinya dalam berjuang dan juga ketika di memutuskan menulis perjalanan hidupnya, mereka berdua adalah Thoreu dan Tolstoy.


Tulisan di Bab I yang merupakan otobografinya dalam buku ini berisi tentang perjalanan hidupnya yang ditulis sendiri sejak masih kecil, asal-usul keluarganya serta kisah pernikahannnya yang terjadi di usia kanak-kanak sekaligus menceritakan sosok istrinya dan sikap-sikapnya terhadap istrinya yang seumuran, dia banyak bercerita mengenai masa sekolahnya, tentang gaya hidup vegetarian yang dijalaninya beserta keluarganya, tentang Negaranya India dalam pandangan seorang anak “Gandhi”.

Di dalam Otobiografinya Gandhi juga menceritakan bagaimana susahnya dia bertahan dengan budaya baru ketika dikirim ke Inggris untuk belajar hukum. Tidak mudah bagi Gandhi untuk terus setia dengan gaya vegetariannya selama berada di Inggris, karena kebanyakan orang Inggris adalah pemakan daging dan fisiknya kuat-kuat, sering kali Gandhi tergoda untuk makan daging agar dapat juga memiliki fisik kuat seperti mereka. Disamping itu masakan sayur disana juga sangat tidak cocok dengan lidahnya. Sampai akhirnya dia menemukan buku tentang hidup dengan makan sayuran dan komunitas vegetarian yang sangat membantunya. Setelah menamatkan pendidikan hukumnya di Inggris Gandhi kembali ke India dan merintis Kantor pengacara sampai akhirnya dia mendapatkan tawaran untuk bekerja di Kantor Hukum di Afrika Selatan dan ini menjadi salah satu cikal bakal pergolakan pemikiran dan perjuangannya dalam membela orang-orang yang dijajah yaitu orang India dan orang kulit hitam Afrika selatan.

Secara garis besar buku ini merupakan pengalaman empiris kehidupan Gandhi, uraian pilihan-pilihan tindakannya selama menghadapi Inggris yang berkuasa di India dan perenungan-perenungannya tentang berbagai persoalan yang dihadapinya. Saya mencoba mengambil intisari-intisari pemikirannya tentang agama, Negara, demokrasi, rakyat, mesin, ekonomi, penjajahan, kemiskinan, kaum perempuan dan terutama tentang ajaran ahimsa-nya. Namun di tulisan bagian I ini baru tentang agama dan kebenaran yang akan saya uraikan. Jika sekarang isu pluralisme agama dan toleransi terus didengungkan, Gandhi ternyata telah lama memulainya, dia menyampaikan bahwa yang dimaksud agama adalah melebihi Hindu, melebihi Islam, melebihi Kristen, serta agama-agama lain yang sudah dikenal manusia. Maksudnya disini setiap agama memiliki ajaran yang bagus dan harus dihargai. Namun menurutnya da hal yang lebih tinggi yaitu kebenaran dan dia yakin setiap orang punya caranya sendiri untuk menemukan kebenaran. Dia setia menjalankan ajaran hindu yang dianggapnya baik namun dia tidak pernah bisa menerima sistem kasta dan bahwa kasta yang lebih tinggi tidak diperkenankan menyentuh kulit kasta yang lebih rendah (hal 69).

Untuk menutup bagian I Tulisan ini  saya tampilkan sedikit kutipan tulisannya tentang ajaran Ahimsa “Paham ahimsa adalah kekuatan paling ampuh yang tersedia bagi umat manusa, Paham ini jauh lebih hebat daripada senjata penghancur terhebat yang pernah diciptakan oleh akal manusia”

Berakhir disini dulu tulisan ini, masih terlalu banya uraian tentang pemikiran Gandhi di buku ini dan saya tidak bisa membuatnya padat dalam satu tulisan saat ini.

Ket : Tulisan ini telah di edit (oleh pemilik blog) sebatas pada kekeliruan ketik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar