Jumat, 21 September 2012

Membaca Karya Friedrich Engels : “Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negara”

Terbitan Kalyanamitra
Saat ini aku sedang membaca sebuah buku berjudul “Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negera” karya Friedrich Engels cetakan kedua yang diterbitkan pada bulan Maret 2011 oleh Yayasan Kalyanamitra. Buku ini kudapatkan ketika aku dan isteriku berwisata ke Jakarta beberapa bulan yang lalu, saat itu kami memang sengaja mengunjungi kantor Kalyanamitra untuk membeli beberapa buku. Salahsatunya adalah buku karya Friedrich Engels ini.

“Bagaikan obor di malam gelap, buku ini kami harapkan bisa menerangi langkah-langkah perjuangan kita menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dan adil gender.”[1] Begitulah tujuan Yayasan Kalyanamitra menerbitkan buku ini.

Apa yang ditulis oleh Engels – dalam buku ini -- merupakan kajian yang didasarkan atas penemuan-penemuan seorang antropolog Amerika, Lewis H Morgan, yang dipublikasikan pada tahun 1877 dalam sebuah buku berjudul Ancient Society [Masyarakat Purba].

Engels sendiri sebenarnya hanya meneruskan catatan-catatan yang sebelumnya telah dibuat oleh kawan seperjuangannya Karl Marx atas buku Morgan tersebut, hal ini diketahui dari pernyataan Engels sebagai berikut :
“Apa yang saya lakukan di sini hanya melengkapi karya yang ditulis oleh Marx dan belum dapat diselesaikan oleh mendiang kawan saya tersebut.”[2]
Maxim Kovalevsky – etnolog Rusia – yang membawakan salinan buku Morgan dari Amerika Serikat ke Inggris agar Marx membacanya.

Dalam buku Friedrich Engels terbitan Kalyanamitra ini, menurutku pengantar yang diberikan oleh Evelyn Reed [1905-1979] – Sosialis-Feminis Amerika  -- sangat baik dan kritis. Ia mampu menjelaskan garis besar dari karya Engels, mulai dari mejelaskan periode jaman yang digambarkan oleh Morgan – jaman kebuasan, jaman barbarism dan jaman peradaban, sejarah kepemilikan pribadi, negara dan sejarah keluarga. Pada akhir pengantarnya Evelyn Reed mengatakan :
“Jasa luarbiasa dari gagasan Engels adalah bahwa dia menunjukan sebab-sebab historis yang nyata di balik bencana besar kejatuhan kaum perempuan dan dengan demikian ia memberikan kecerahan bagi masa depan emansipasi perempuan. Penindasan terhadap kaum perempuan terjadi bersama, dengan kekuatan yang sama, mengantar kepemilikan pribadi dan masyarakat berklas ke dalam dunia. Sebelumnya, tak pernah ada penindasan terhadap kaum perempuan.”  
Memasuki bab pertama yang diberi judul Tahap-tahap Kebudayaan Pra Sejarah, Engels memaparkan 2 dari 3 periode jaman yang digambarkan oleh Morgan yaitu Jaman Kebuasan dan Jaman Barbarisme. Dimasing-masing jaman dibagi lagi menjadi 3 tahan yaitu tahapan perkembangan rendah, menengah dan tinggi.

Jaman Kebuasan adalah periode dimana penguasaan terhadap hasil-hasil alam  yang siap dimakan, seperti buah-buahan, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Pada awal periode ini manusia menjadi penghuni pohon. Seiring perkembangan, kemudian manusia memanfaatkan ikan dan binatang air lainnya sebagai pangan, serta penggunaan api mulai dikembangkan. Pada tahan perkembangan tertinggi jaman ini, terdapat penemuan busur dan anak panah yang kemudian menjadikan perburuan sebagai salahsatu pekerjaan tetap. Hasil buruan menjadi makanan harian.

Sementara karakterisitik di Jaman Barbarisme – setelah Jaman Kebuasan, adalah penjinakan dan pemeliharaan binatang serta pembudidayaan tumbuh-tumbuhan, termasuk di dalamya peningkatan produktivitas alam melalui aktivitas yang sudah mulai dipelajari.

Sampai disinilah aku membaca buku karya Engels ini, aku ingin melanjutkan membaca bab selanjutnya yang diberi judul Keluarga. Sampai jumpa….

AM
Semarang, 21 September 2012  
 


[1] Lihat di bagian Sekapur Sirih, dalam buku Friedrich Engels “Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negara” terbitan Yayasan Kalyanamitra, Jakarta, Cetakan Kedua Maret 2011, Hal x.  
[2] Lihat di bagian Pengantar untuk Edisi Pertama, Idem. Hal xxxvii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar