Senin, 04 April 2016

Guilty By Suspicion, Film tentang Penghancuran Komunisme di Amerika

 
 
Salah satu isu yang menarik perhatianku di Indonesia adalah peristiwa pembantaian massal tahun 1965-1966, pembunuhan orang-orang yang dituduh komunis atau simpatisan komunis. Sejarawan John Roosa, Profesor pada University of British Columbia (UBC), Kanada, yang pernah melakukan penelitian tentang peristiwa itu mengatakan : Identitas bangsa, sistem ekonomi dan politik Indonesia berubah total sesudah 1965*. 
 
Ketertarikanku atas peristiwa itu mengantarkanku pada sebuah film berjudul “Guilty By Suspicion”, film hollywood yang dirilis tahun 1991. Film ini memang tidak bercerita tentang peristiwa 1965-1996 di Indonesia, tetapi menceritakan tentang persoalan yang sama, yaitu PENGHANCURAN KOMUNISME. 
 
*** 
 
SINOPSIS FILM “GUILTY BY SUSPICION”
Tahun 1947, Komite Negara Anti Kegiatan Amerika menyelidiki adanya komunisme di Hollywood. Komite ini mengunakan intelijen untuk mencari informasi terkait orang-orang yang dituduh sebagai komunis. Banyak orang menghindari berurusan dengan komite ini, bahkan rela menjauhi keluarga dan sahabat sendiri ketika keluarga dan sahabatnya itu telah dituduh sebagai komunis. 
 
Komite ini telah memiliki daftar orang-orang yang dituduhnya komunis, komite hanya membutuhkan keterangan saksi-saksi yang menyebutkan nama-nama itu agar dapat mengadili. Bagi orang yang mau diperiksa dan menyebutkan nama-nama itu, ia mendapatkan kebebasan, sebaliknya bagi mereka yang tidak mau bekerja sama akan diganjar penjara dan kesulitan mendapat pekerjaan.
 
David Merrill (diperankan Robert De Niro), seorang sutradara film kembali ke Washington dari Paris untuk urusan pembuatan sebuah film. Sebagai sutradara, Ia begitu terobsesi membuat film hingga menyebabkan ia bercerai dengan istrinya Ruth Millerr (Annete Bening).
 
Kedatangannya di Washington disambut oleh teman-temannya di rumah dengan sebuah pesta. Sahabatnya, Larry (Chris Cooper), yang juga datang malam itu justeru bersikap aneh. Ia menghindari David. Keanehan Larry dikarenakan sebelumnya ia telah bersaksi di komite dan menyebutkan nama-nama terkait, salah satunya istrinya sendiri. 
David mulai menyadari masalahnya ketika ia bertemu dengan produser filmnya, Zannuck (Ben Piazza), orang yang sebenarnya memintanya untuk kembali ke Washington. Zannuck mengatakan akan menghentikan produksi film yang sedang digarap oleh David, namun terdapat pengecualian, seandainya David mau bersaksi di Komite Negara Anti Kegiatan Amerika. Rupanya David telah dituduh sebagai komunis lantaran pada sekitar tahun 1939 ia pernah menghadiri acara yang diadakan Partai Komunis, meski dirinya bukan seorang Komunis. 
 
Lalu Zannuck menyarankan ia bertemu dengan seorang pengacara. Demi sebuah film, tentu saja David mengikuti saran Zannuck. Oleh pengacara, David disarankan untuk bersaksi dan menyebutkan nama-nama orang yang dituduh komunis, agar ia dapat terbebas dari tuduhan dan dapat melanjutkan pembuatan film. David menolak bersaksi, ia tak mau menyakiti orang-orang yang tidak bersalah dengan menyebut namanya di Komite. 
 
Akibat sikapnya itu, David mulai mendapatkan masalah. Tak ada produser yang mau memakainya sebagai sutradara. Pukulan terberat bagi seorang sutradara. Hingga ia akhirnya berpindah ke New York untuk mencari pekerjaan. Sahabatnya di bidang teater di New York yang awalnya begitu ramah menyambutnya, pada akhirnya menolak kehadirannya ketika ia menceritakan bahwa ia selalu di mata-matai oleh FBI.
 
Frustasi lantaran sulit mendapatkan pekerjaan di bidang film, David bekerja pada sebuah toko reparasi. Dua minggu berlalu, pemilik toko didatangi oleh 2 orang FBI yang menanyakan tentang David. Pemilik toko takut karena didatangi oleh FBI, David pun memutuskan berhenti dan kembali ke Washington menemui mantan istrinya, Ruth.
 
David merasa senang ketika ada seorang produser yang memintanya untuk melanjutkan pembuatan film koboi yang ditinggal oleh sutradara sebelumnya. Naskah yang dianggapnya tidak menarik ia rubah sedemikian rupa hingga menjadi adegan yang menarik. Sampai datanglah waktu ketika ia sedang menyutradarai, ia di hampiri oleh produser yang membawa seorang sutradara baru. “Film ini dihentikan karena tidak bisa tayang” kata si produser kepada David. David tidak mengerti maksud sang produser. “Film ini tak bisa tayang karena dibuat oleh seorang komunis” lanjut si produser seraya menuduh David. David mengerti, ia pun meninggalkan lokasi syuting dengan kecewa.
 
Kekecewaanya bertambah menakala sahabatnya sejak kecil yang juga seorang sutradara, Bunny (George Wendt), meminta izin untuk menyebutkan nama David di depan Komite. Bunny telah dituduh sebagai komunis lantaran pernah menghadiri acara penggalangan dana yang diadakan oleh orang-orang komunis belasan tahun sebelumnya. Padahal kehadirannya di acara itu semata-mata karena ia ingin mendekati perempuan cantik bernama Magda.
 
Bunny berharap dapat mendapatkan kebebasan dengan menyebut nama David, ia ingin David membantunya dengan berkorban untuknya. Ruth yang menyaksikan itu protes dengan sikap Bunny, sementara David pasrah kepada putusan Bunny. 
 
Bersamaan dengan itu, Zannuck kembali menawarkan sebuah film kepada David dengan syarat yang sama. Ia diminta untuk menyelesaikan “permasalahannya” dengan Komite terlebih dahulu. 
 
Keputusan apa yang diambil oleh David? Apakah David tetap berpegang teguh pada pendiriannya? Tonton filmnya!
 
****
 
Dari cerita film ini dan peristiwa 1965-1966 di Indonesia, aku berpandangan dan tetap pada kesimpulan bahwa kebencian massa terhadap komunis sesungguhnya tidak dilandasi oleh akal sehat dan hanyalah persoalan politik yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tapi di dunia.
 
Semarang, 31 Maret 2016 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar