Sabtu, 18 Agustus 2012

Tragedi Di Stasiun Petarukan


Aku sedang tertidur di bangku yang menghadap ke depan dekat kaca jendela sebelah kanan, tiba-tiba badanku tersentak ke depan dan aku terbangun dari tidur. Sebentar cahaya lampu padam kemudian menyala kembali, orang-orang mulai berisik menyebut-nyebut nama tuhan dan mempunyai dugaan masing-masing atas peristiwa yang baru terjadi. Aku sendiri menduga, Kereta Anjlok dari Rel!! Saat itu aku masih berada di dalam Gerbong 3 Kereta Bisnis Senja Utama Jurusan Jakarta-Semarang.

Orang-orang berkeluaran dari gerbong dan terkumpul di sebelah kiri kereta, aku bisa melihatnya dari kaca jendela. Kawanku Slamet yang duduk di sebelahku mengajak untuk keluar. Sesampainya di luar, baru kuketahui bahwa saat itu kereta sedang berada di Stasiun Petarukan, tapi aku belum tahu tepatnya ada di Kabupeten mana letak stasiun kereta ini (Baru kuketahui kemudian Petarukan adalah nama salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Pemalang - Jawa Tengah).

"Kereta di tabrak dari belakang", begitu kudengar suara dari seorang lelaki yang tidak kuperhatikan wajahnya. Karena mataku sedang terfokus pada sekumpulan orang yang bergerak menuju ke arah belakang kereta. Terdorong rasa penasaran, akupun bergegas ke arah yang sama. Sampai dengan Gerbong 7, kulihat orang sedang melempar batu pada kaca jendela gerbong agar pecah, mungkin untuk mengevakuasi orang yang ada di dalamnya. Aku jalan terus. Kulihat Gerbong 8 roboh ke arah kanan gerbong dan telah keluar dari jalur rel, sehingga yang bisa kulihat adalah bagian bawah dari gerbong itu. Di atasnya kulihat beberapa orang  sedang menolong penumpang yang masih berada di dalam gerbong untuk menariknya keluar lewat jendela. Aku masih jalan terus. Sesampainya di ujung gerbong 8 bagian belakang, di situlah pusat orang-orang terkumpul baik dari penumpang kereta maupun warga yang tinggal di pemukiman sekitar.

Astaga!!! ternyata tumpukan-tumpukan yang terlihat itu adalah bagian dari Gerbong 9, gerbong paling belakang dari Kereta Senja Utama yang kutumpangi. Saat itu samasekali tidak menyerupai gerbong tapi seperti  tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Tumpukan itu terdiri dari Kursi, Penumpang, barang-barang bawaan penumpang dll. Menempel dengan tumpukan itu adalah sebuah Lokomotif dari Kereta yang kuketahui kemudian adalah Kereta Eksekutif Argo Bromo Anggrek Jurusan Jakarta-Surabaya.

Kereta Eksekutif Argo Bromo Anggrek telah menabrak Kereta Bisnis Senja Utama dari arah belakang. Gerbong 9 Kereta Bisnis Senja Utama telah hancur lebur, sedangkan Lokomotif Kereta Argo Bromo Anggrek terlihat nampak setengahnya saja. Bagian depannya menempel dengan tumpukan-tumpukan yang sudah kubilang tadi. Sulit menjelaskan kondisi tumpukan itu, karena inilah bagian yang sangat mengerikan sekaligus memilukan...bau amis darah yang mengucur dari korban-korban yang terjepit dalam tumpukan. Hanya cahaya kamera dan telpon genggam yang saat itu bisa membantu melihat tumpukan itu.

Terdengar teriakan dari tumpukan meminta tolong yang datang dari korban yang masih hidup. Ya Ampun!! laki-laki itu masih hidup. "Tolong paaaak, kaki saya terjepit, Tolooooong!" teriak laki-laki itu yang terdengar seperti merintih. Badan hingga kepalanya menonjol keluar dari tumpukan, sedangkan kakinya terjepit bagian kursi dan korban-korban lainnya. Kami yang melihat itu tidak bisa berbuat banyak. Dalam keadaan gelap dan tidak adanya alat, justeru membuat orang-orang khawatir untuk menarik orang tersebut dari tumpukan. Kemudian ada seorang dari kami yang melihat itu, mengucapakan "Ya Allah", Astagfirullahal Adzim".. dia memerintahkan kepada si korban untuk mengucapkan syahadat dan mengatakan "maaf pak, kita belum bisa menolong, maaf". Seorang lain dari kami yang melihat itu mengucapkan syahadat "Asyhaduallailahaillallah Wa Asyhaduanna Muhammadarrosulallah" begitu diucapkan berulang-ulang.

-- Semarang, Oktober 2010 --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar