Selasa, 21 Oktober 2025

Barasuara, Riuh dan Energik


Lantaran gemar memutar video musik Efek Rumah Kaca di Youtube, algoritma menuntunku ke grup Barasuara. Saat itu tahun 2016, aku masih bekerja dan menetap di Semarang. Api dan Lentera lagu pertama yang kudengar. Suara gitar, bass, dan drum begitu hidup, vokalnya pun riuh. Aksi panggungnya energik dengan keunikan vokalisnya yang kerap menggunakan batik.

Saat itu grup dengan personil Iga Massardi (vokal, gitar), Asteriska (vokal), Puti Chitara (vokal, keyboard), Gerald Situmorang (bass), TJ Kusuma (gitar), dan Marco Steffiano (drum) ini ternyata baru merilis satu album debut berjudul Taifun di tahun 2015.

Album Taifun berisi sembilan lagu yaitu Nyala Suara, Sendu Melagu, Bahas Bahasa, Hagia, Api dan Lentera, Menunggang Badai, Tarintih, Mengunci Ingatan, dan Taifun. Semua lirik berbahasa Indonesia dengan pemakaian diksi yang menarik, kebanyakan lagu dinyanyikan secara repetitif.

Hagia lagu yang paling kusuka. Judul lagu diambil dari nama bangunan bersejarah di Istanbul, Hagia Shopia. Lagunya tentang toleransi beragama. Lirik pada bagian reff dikutip dari Doa Bapak Kami "Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami".

Barasuara merilis album kedua Pikiran dan Perjalanan pada tahun 2019. Terdiri dari sembilan lagu yaitu Seribu Racun, Pikiran dan Perjalanan, Guna Manusia, Pancarona, Tentukan Arah, Masa Mesias-Mesias, Haluan, Samara, dan Tirai Cahaya. Lagu yang kusuka dari album ini adalah Tirai Cahaya. Lagu yang dibuat sang vokalis, Iga, untuk anaknya. "Tertunduk bersimpuh menyambut hidup, kau mulai perjalananmu". Di tahun yang sama, masing-masing personil Barasuara bereksperimen membuat versi baru lagu Pikiran dan Perjalanan. Hasilnya dikemas dalam album PQ-Race dan Perjalanan.

Dalam setiap album, lagu selalu berjumlah sembilan. Itu keunikan lain dari Barasuara. Begitu pula dengan album ketiganya Jalaran Sadrah yang dirilis pada tahun 2024. Sembilan lagu di album ini adalah Antea, Etalase, Merayakan Fana, Habis Gelap, Fatalis, Biyang, Hitam dan Biru, Terbuang dalam Waktu, dan Manusia (Sumarah).

Yang menarik dari album ini adalah tambahan musik orkestra gubahan Erwin Gutawa pada beberapa lagu seperti Merayakan Fana, Hitam dan Biru, serta Terbuang dalam Waktu. Lagu yang disebut terakhir viral setelah menjadi soundtrack film Sore, Istri dari Masa Depan produksi Cerita Film garapan sutradara Yandy Laurens. (Bekasi, 20 Oktober 2025)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar