Sabtu, 25 Oktober 2025

Operasi Ambeien dalam Hidupku


"Bisa dimasukin lagi gak?" tanya dokter perempuan di Klinik Amelia (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), saat aku memeriksakan wasir atau ambeienku yang sedang kambuh, Senin, 20 Oktober 2025.

"Belum saya coba, Dok, tapi kayaknya udah gak bisa deh" jawabku.

"Saya kasih rujukan aja ke rumah sakit ya" saran dokter.

Lalu aku minta diberi rujukan ke Rumah Sakit Tiara Bekasi untuk hari yang sama. RS Tiara menjadi pilihan karena lokasinya yang dekat dengan rumah.

Wasir atau ambeien yang istilah medisnya hemoroid, adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus. Aku sudah beberapa kali mengalami, tapi kali ini yang paling parah. Pembengkakannya sudah sampai keluar anus. 

Saat itu memang aku sedang banyak pekerjaan dengan kondisi duduk dan menatap komputer jinjing dalam waktu lama.

Syahdan, setelah bertemu dan diperiksa dr. Kevin Adrian, spesialis bedah, di RS Tiara pada hari yang sama, dipastikan aku akan dioperasi. Ini untuk menyembuhkan wasir dengan tuntas. "Operasinya sebentar, paling 10 sampe 15 menit" kata dr. Kevin.

Hari itu juga darahku diambil sebagai sampel di Laboratorium sekaligus rontgen sebagai langkah observasi menuju operasi yang direncanakan hari Rabu, 22 Oktober 2025.

Selasa, 21 Oktober 2025, dibantu Istriku, Afidah, mengurus adminstrasi rawat inap di RS Tiara. Sore harinya, aku sudah bisa masuk ke kamar inap di ruang Shafa 216. Sebagai peserta BPJS kelas 1, aku mendapat fasilitas kamar yang berisi dua ranjang pasien. Malam hari aku mulai mendapatkan infus. 

Rabu sore, 22 Oktober 2025, sekitar jam 15.30, aku dibawa ke ruang operasi. Diberi anastesi atau carian bius untuk setengah badan ke bawah dengan cara disuntik melalui punggung. Lalu dr Kevin ditemani beberapa perawat mulai melakukan operasi dengan laser. Ternyata memang sebentar. Karena pengaruh bius, bagian bawah tubuhku tak bisa digerakkan sampai 3 jam kemudian.

Setelah pengaruh bius hilang, rasa nyeri membuatku sulit tidur malam harinya. Untuk menghilangkan nyeri itu, perawat menyuntikkan cairan lewat selang infus yang rasanya sungguh menyakitkan.

Di masa pemulihan, yang paling kucemaskan adalah berak. Membayangkannya saja sudah ngilu. Saat rasa mulas datang dan kucoba pergi ke toilet, beberapa kali gagal, lantaran aku belum boleh mengejan atau ngeden berlebihan. Sekali berhasil. Bukannya lega, justeri nyeri menyerang. Lantas, perawat meyuntikkan lagi cairan pereda nyeri yang menyakitkan itu.

Kamis malam, 23 Oktober 2025, dr Kevin datang berkunjung. "Besok pagi pulangnya ya" katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar