Selasa, 30 September 2025

Terima Kasih, Madiba


Dear, Dad
The first man i fell in love with

You welcome me into the world, tugging me in your warm everyday. We watched the bird circling ahead of the sky as we laughed together and witnessed every moment of nature. You introduced me to a thing named 'art', the thing i've been admiring since then, until now. 

How weird, now that my heigh is the same as your neck. The little girl whose potrait you drew and become our clock frame is now sketching your face in her sketchbook. 

Keeping your young dreamer soul alive inside of it as you kept going older. Sometimes, i miss the past. I miss the time when i didn't know anything. But you lead me, in a new path that only our footprints traced on it.

I never thought i would love you so much, Dad. But I do, always do.

By: Your most calm, yet easy-angered oldest daugther.

***


Tulisan romantis itu kulihat di status whatsapp anak sulungku, Madiba, sore hari setibanya aku di rumah dari tempat kerja. Hari itu, 25 September, adalah hari yang tercatat secara adminsitrasi sebagai hari kelahiranku, 41 tahun lalu. Memasuki usia di mana aku harus menjauhkan jarak buku dari mata saat membaca. 

Membaca tulisannya membuatku mengingat peristiwa-peristiwa lampau. Dia menulis kalimat "we watched the bird circling ahead of the sky". Itu mengingatkan saat aku mengajaknya bermain di tepi sawah dekat rumah kontrakan di Desa Karangsatria, Bekasi. Saat itu usianya masih 5 tahun. Kami melihat bebek di sawah dan burung-burung yang berterbangan di langit.

"Ba, itu karangan Diba atau memang Diba ingat momen itu?" tanyaku memastikan

"Aku memang ingat itu" jawabnya.

"Berarti Diba masih ingat juga dengan gambar yang ayah jadikan bingkai jam waktu di Semarang?" tanyaku lagi memastikan konteks kalimat the little girl whose potrait you drew and become our clock frame.

"Iya" jawabnya sambil tertawa. 

Merasa gemas, aku langsung mencium-cium pipinya.

Dan yang membuatku tersenyum lagi ketika dia menyebut dirinya anak sulung yang tenang, namun mudah marah (your most calm, yet easy-angered oldest daughter). Anak sulungku sudah mulai bisa mengenal karakter emosionalnya.

Di usianya yang saat ini 11 tahun, dia rajin berlatih membuat sketsa wajah idola-idola Korea Popnya. Sehari sebelumnya dia membuat sketsa wajahku sebagai kado ulang tahun, yang dia tunjukkan pada pagi hari, 25 September 2025, saat aku hendak mengantarnya ke sekolah.


Terima kasih, Madiba. 
I love you to the moon and back again.
Bekasi, 30 September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar