Kamis, 07 Agustus 2025

Manusia dan Semesta


Bosan melihat media sosial, sembari menunggu pesawat penerbangan Boven Digoel ke Jayapura, aku menelusuri beberapa tulisan tentang Alam Semesta.

Alam semesta yang kasat mata hanya berupa warna kebiruan berbaur awan dan kabut pada siang hari, serta gulita dengan titik-titik cahaya bintang pada malam hari. Sesungguhnya ada ratusan juta galaksi (sekumpulan bintang) terhambur di angkasa dan Bimasakti menjadi salah satunya. Di galaksi Bimasakti sendiri ada satu bintang berupa bola yang berpijar sangat panas, Matahari. Sementara Bumi, satu dari sekian planet yang mengelilingi matahari pada galaksi Bimasakti. Dan kita, Manusia, spesies tengil penghuni Bumi.

Menurut teori Big Bang, bintang pada akhirnya akan menjadi dingin dan runtuh, dengan begitu semesta pun lambat laun berakhir. Tapi menurut teori Steady State, semesta akan terus-menerus mengalami pembentukan sepanjang masa atau abadi.

Aku yang tidak mempelajari kosmologi (ilmu tentang alam semesta) dengan polos berpikir "bukan tidak mungkin ada spesies dari planet lain -yang rupanya tak seperti manusia- menganggap kita sebagai makhluk asing aneh dan menjijikan yang cara komunikasinya tidak dimengerti". Ah, betapa kecilnya kita di semesta. (Boven Digoel, 7 Agustus 2025)

Jumat, 01 Agustus 2025

Sawadikap, Bangkok!


Pergi ke Bangkok kali ini merupakan pengalaman kedua buatku dan istriku, Afidah. Sebelumnya aku mengunjungi Ibukota negara Thailand itu pada awal tahun 2024 untuk keperluan kerja di bidang kepemiluan. Sementara Afidah pernah ke Bangkok pada tahun 2010 mewakili organisasi yang bergerak di isu perempuan. Bagi kedua anak kami, Madiba (11 tahun) dan Kayo (9 tahun), Bangkok adalah pengalaman pertama mereka.

"Ayah, kapan-kapan aku pengen ke Bangkok" kata Kayo memberi tahu keinginannya suatu waktu di bulan Mei 2025.

"Bangkok sama aja kayak Jakarta, Yo" jawabku.

"Lah! Tapi kan beda negara" kilahnya.

Berawal dari percakapan sederhana itu, aku mulai merencanakan wisata saat masa liburan sekolah anak-anak. Seperti lagu Sal Priadi “kan kukenalkan penampilan hujan di tempat lain, pemandangan bagus di tempat yang jauh” bertepatan dengan hari ulang tahun Kayo.

 

Rabu, 09 Juli 2025

Orang Orang Proyek


Malam takbir lalu telah sampai pada halaman terkahir novel ini. Yang menarik dari karya Ahmad Tohari adalah latar ceritanya. Beranjak dari kondisi pedesaan. Sama seperti buku lainnya, macam Ronggeng Dukuh Paruk atau Bekisar Merah.

Buku “Orang-Orang Proyek” mengangkat isu budaya korupsi yang sudah laten dan parah, melalui kisah proyek pembangunan jembatan di sebuah desa di bawah pimpinan Kabul, seorang insinyur yang mantan aktivis. Dari hulu hingga hilir anggaran pembangunan dilambungkan lalu bocor. Standar mutu bangunan dipertaruhkan.

Pak Tarya, pensiunan PNS yang gemar memancing di sekitar proyek menjadi sahabat Kabul. Pak Tarya tahu betul bagaimana korupsi dilakukan dan sulit bagi siapa saja menentangnya, termasuk Kabul. Wati, satu-satunya perempuan pekerja proyek, anak seorang anggota DPRD, jatuh cinta dengan Kabul, menghadirkan kisah asmara dalam cerita ini. (2 April 2025)


Dendam


Ketika Rini mengetahui Ibunya telah diperkosa saat menjadi tahanan politik. Sikap Rini tiba-tiba berubah, terutama kepada suaminya, Mardani, yang seorang Lurah. Mardani harus menghadapi sikap diam Rini kepadanya. Meski istri seorang lurah, Rini memutuskan menjadi buruh migran ke Hongkong meninggalkan suami dan anak tunggal mereka, Tinuk. Suatu hari, Tinuk kemudian menyaksikan bapaknya membawa perempuan lain ke rumah dan di kamar Ibunya. Tinuk muak dan tak lagi menghormati bapaknya.

Novel karya Kang Putu, panggilan akrab Gunawan Budi Susanto, meskipun fiksi namun melalui kisah Rini dan Tinuk, memotret beberapa peristiwa nyata. Seperti, perjuangan masyarakat Rembang dan Pati yang menolak pertambangan semen di Pegunungan Kendeng, kehidupan Soesilo Toer (adik kandung Pramoedya Ananta Toer) yang memulung sampah pada malam hari di Blora, serta kegiatan kelas menulis dan membaca di sebuah kedai di Semarang yang diampu oleh Kang Putu sebagai pemilik kedai.

Apa hubungannya kisah Tinuk dengan peristiwa-peristiwa itu? Jawabannya ada di dalam novel. Yang kusuka dari membaca karya-karya Kang Putu, selalu menghadirkan diksi-diksi yang jarang digunakan, jadi pembaca bisa memperkaya kosakatanya.


Dompet Ayah Sepatu Ibu


Rabu lalu, istriku, Afidah, memintaku membelikan salah satu buku karya J.S. Khairen. Dia katanya sudah lama mengikuti penulis itu di media sosialnya. Aku sendiri baru mendengar nama itu, mungkin karena aku bukan pegiat literasi.

Berdasarkan informasi singkat di google, kubelikan buku "Dompet Ayah, Sepatu Ibu" secara daring. Sebelum dia baca buku itu, semalam aku lebih dulu menamatkannya.

Cerita yang bagus dan sentimental. Kisah perjuangan dua anak manusia. Zenna dan Asrul. Keduanya sama-sama anak pegunungan yang miskin di kota berbeda di Sumatera Barat. Zenna, anak tengah dari sebelas bersaudara. Memiliki angan menjadi guru dan menyekolahkan adik-adiknya. Sementara Asrul, anak sulung dari tiga bersaudara. Orang tuanya berpisah, lantaran bapaknya kawin lagi. Ia memiliki impian membelikan rumah dan memberangkatkan haji Ibunya.

Cara penulisan Khairen sangat sederhana. Hampir tak kutemukan kata-kata yang membutuhan kamus untuk mengartikan. Tapi ceritanya sangat kuat. Kemungkinan besar akan terhubung dengan pembacanya. 

Membaca buku ini tak butuh waktu banyak. Hanya mengorbankan waktu berselancar di media sosial dan bermain royal match. Jika olah raga menguatkan jasmani, membaca buku ini menguatkan sisi rohani. (Bekasi, 17 Februari 2025)


Sehari Bercerita


Sehari Bercerita adalah usahaku untuk membiasakan diri menulis hal-hal yang kutemui dan pikirkan dalam keseharian. Sebanyak empat belas catatan yang kutulis dalam waktu empat belas hari, mulai tanggal 24 Juni 2025 sampai dengan 7 Juli 2025.

 

Hari Kesatu: Sambal dan Pengadilan

Tiba-tiba pengin menulis hal-hal kecil dan ringan yang terlintas di kepala. Dan sepertinya menarik menantang diri melakukan itu secara rutin dalam beberapa hari ke depan. Syahdan, kumulai tentang sambal dan pengadilan.

Seringnya kala makan di warung atau restoran, porsi nasi yang disediakan nampak terlalu penuh. "Nasinya dikurangi ya" pintaku ke penjual.

Lain cerita kalau ketemu sambal yang enak. Nafsu makan tergugah, kalap pengin menambah. Seperti malam ini di warung "Penyetan Murmer Kranggan", lokasinya di sekitar Jalan Kranggan, Surabaya. Tempatnya apa adanya tak begitu mencolok. Tapi sambalnya mantap. Ada lima menu sambal: matang, ijo, matah, mangga, dan toreg. Aku coba sambal matang dengan lauk bebek goreng, sepotong tahu dan terong. Mau tambah nasi takut gendut, hehe. Kuurungkan niat.

Ah, melegakan sekali hari ini. Usai mendapat kesempatan kembali ke gedung pengadilan. Pengadilan Negeri Surabaya yang gedungnya termasuk cagar budaya. Merasakan antre pendaftaran perkara, menyaksikan lalu-lalang orang berjibaku dengan masing-masing masalahnya. (Surabaya, 24 Juni 2025)

Senin, 07 Juli 2025

Kemah Cerita


Aku dan keluarga mengikuti Kemah Cerita yang diselenggarakan komunitas Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) di El Mande Camping Ground Bogor, 5-6 Juli 2025. Diikuti sebanyak 54 orang dari 15 keluarga. Kegiatan berkemah yang diisi dengan kegiatan bermain dan dongeng.

Jumlah peserta lebih sedikit dibandingkan dengan Kemah Cerita sebelumnya di tahun 2023 yang pernah kuikuti yaitu sebanyak 112 orang dan diselenggarakan di Perkemahan Suaka Elang, Gunung Halimun Salak, Bogor. Meski demikian, keduanya sama menyenangkan.

Rabu, 22 Januari 2025

Jalan-Jalan ke Singapura-Johor Bahru


Persiapan: Pesan Tiket dan Penginapan

Rekreasi ke Singapura atau Malaysia sebetulnya jauh lebih hemat dibandingkan misalnya pergi ke Jogja atau Bali. Itulah salah satu alasan kenapa kami memilih berwisata ke Singapura dan Johor Bahru. Sejak bulan November 2024, Aku dan pasangan hidupku, Afidah, sudah mulai merencanakan dan menyiapkan pembelian tiket pesawat dan penginapan.

Tanggal 17 November 2024, melalui aplikasi Traveloka, aku memesan tiket pesawat AirAsia keberangkatan dari Jakarta ke Singapura penerbangan tanggal 18 Januari 2025 untuk empat orang terdiri dari Aku, Afidah, si sulung, Madiba (11 tahun), dan si bungsu, Kayo (8 tahun). Harga untuk satu tiket sebesar Rp. 452.843,- dikali empat dan ditambah biaya layanan totalnya sebesar Rp. 1.838.543,-

Di hari dan waktu yang sama, aku juga pesan tiket kepulangan dari Johor Bahru ke Jakarta. Kenapa pulang dari Johor Bahru? Karena penginapan dan tiket pulang dari Singapura mahal, setidaknya mahal menurut pandanganku ya. Jadi di hari kedua kita memang merencanakan bermalam di Johor Bahru sekalian pulang dari sana di hari ketiganya.

Tiket kepulangan dari Johor Bahru ke Jakarta dengan pesawat AirAsia penerbangan tanggal 20 Januari 2025 masing-masing seharga Rp. 635.934,- dikali empat dan ditambah biaya layanan totalnya sebesar Rp. 2.581.892,-. Sementara untuk penginapan aku memilih Hallmark Regency Hotel karena menyediakan kamar family suite dengan tiga ranjang kasur dan lokasinya dekat dari Johor Bahru Sentral. Aku pesan semalam dengan harga Rp. 640.773,-. Jadi total biaya tiket pesawat pulang-pergi dan penginapan semuanya sebesar Rp. 5.061.208,-.